JAKARTA, sdkcards.com – Apple baru saja merilis seri iPhone 17 pada acara “Awe Dropping” mereka di awal September 2025, lengkap dengan janji-janji manis tentang inovasi yang “mengubah permainan”. Dari layar ProMotion 120Hz yang akhirnya merakyat hingga kamera selfie pintar dan baterai raksasa, iPhone 17 memang terlihat menggoda. Tapi, tunggu dulu—banyak dari fitur “baru” ini sebenarnya sudah lama jadi andalan di ekosistem Android. Bahkan, beberapa sudah ada sejak 2017, saat Android Oreo (versi 8.0) debut dengan Project Treble untuk update lebih cepat.
Layar 120Hz ProMotion: Smooth Scrolling yang Telat Datang
Salah satu sorotan iPhone 17 adalah perluasan fitur ProMotion ke semua model, termasuk varian standar dan iPhone Air yang super tipis. Layar 120Hz ini menjanjikan scrolling halus seperti sutra, animasi lebih hidup, dan Always-On Display yang lebih efisien. Apple bilang ini “revolusi untuk pengalaman harian”, tapi Android sudah menikmatinya sejak 2017.
Razer Phone, yang rilis akhir 2017, adalah pionir pertama dengan refresh rate 120Hz—empat tahun lebih cepat dari iPhone 13 Pro (2021) yang baru kenalkan ke iOS. Sejak itu, hampir semua flagship Android seperti Samsung Galaxy S20 (2020) dan Google Pixel 6 (2021) sudah wajib punya. Bahkan, Android 8.0 Oreo sudah dukung adaptive refresh rate dasar untuk hemat baterai. Hasilnya? Pengguna Android sudah biasa dengan UI yang “buttery smooth” tanpa harus bayar premium Pro.
Kamera Selfie Center Stage: AI yang Sudah Biasa di Android
iPhone 17 bangga dengan kamera depan 18MP Center Stage yang otomatis zoom dan frame ulang untuk grup selfie, plus switch portrait-landscape tanpa putar HP. Fitur ini, bagian dari Apple Intelligence, katanya “membuat selfie lebih hidup dan inklusif”. Tapi, Android sudah punya sejak lama.
Google Pixel 3 (2018) sudah kenalkan Night Sight untuk low-light selfie, dan Samsung Galaxy S9 (2018) punya auto-framing AI. Lebih awal lagi, Android Oreo 2017 dukung API untuk face detection dan auto-adjust frame di kamera apps. Fitur seperti Dual Capture (rekam depan-belakang simultan) di iPhone 17 juga mirip dengan split-screen recording di OnePlus dan Xiaomi sejak 2019. Android tak hanya cepat; ia juga lebih fleksibel dengan third-party apps yang tambah fitur serupa.
Baterai 5.000 mAh di Pro Max: Kapasitas yang Sudah Standar Sejak Galaxy S8
iPhone 17 Pro Max kini punya baterai 5.000 mAh—terbesar pernah di iPhone—dengan klaim daya tahan hingga 30 jam video playback. Ini “lompatan besar” katanya, terutama dengan desain lebih tebal untuk akomodasi baterai. Tapi, Android sudah main di liga ini sejak 2017.
Samsung Galaxy S8 (2017) sudah punya 3.000 mAh yang efisien, tapi sejak Galaxy Note 9 (2018) dan OnePlus 6 (2018), 4.000-5.000 mAh jadi norma. Bahkan, ponsel murah seperti Xiaomi Redmi Note 5 (2018) sudah 4.000 mAh. Android Oreo 2017 juga perkenalkan adaptive battery management yang hemat daya berdasarkan pola pengguna—fitur yang iOS baru saingi belakangan. Hasilnya, banyak Android flagship hari ini tahan dua hari penuh, tanpa gimmick.
12GB RAM: Multitasking yang Android Kuasai Sejak 2017
Dengan 12GB RAM di semua model iPhone 17 (naik dari 8GB di iPhone 16), Apple janjikan multitasking lebih baik untuk Apple Intelligence dan gaming berat. Ini “boost besar untuk AI on-device”, tapi Android sudah punya sejak lama.
OnePlus 5 (2017) sudah 6-8GB RAM, dan sejak itu, flagship seperti Asus ROG Phone (2018) dengan 8GB jadi standar. Bahkan, sejak 2020, 12GB+ RAM umum di mid-range Android. Android Oreo 2017 perkenalkan Project Treble untuk update cepat, yang bikin RAM lebih efisien tanpa hardware berlebih. iPhone memang optimal, tapi Android unggul di fleksibilitas—bisa jalankan 20+ apps tanpa lag.
Vapor Chamber Cooling: Pendingin yang Android Pakai Sejak Razer Phone 2
Untuk gaming dan AI, iPhone 17 Pro Max tambah vapor chamber cooling—sistem pendingin uap yang katanya cegah overheat. Ini “inovasi untuk performa berkelanjutan”, tapi Android sudah adopsi sejak 2018.
Razer Phone 2 (2018) pionir vapor chamber di smartphone, tapi dasar tech-nya sudah ada di gaming phone 2017. Samsung Galaxy S10 (2019) dan Google Pixel 8 (2023) juga pakai. Android Oreo 2017 dukung thermal management API yang bikin fitur ini matang. Hasil? Android gaming phone seperti Asus ROG tahan sesi panjang tanpa throttle, sementara iPhone sering panas di game berat.
Desain Liquid Glass dan UI Overhaul: Material Design yang Lebih Dulu
iOS 26 di iPhone 17 bawa “Liquid Glass” aesthetic—desain transparan, blur effect, dan elemen dinamis yang katanya “lebih ekspresif”. Ini mirip Material You di Android, tapi Google sudah overhaul UI sejak 2014.
Material Design (2014) dan Material You (2021) di Android sudah punya tema dinamis berdasarkan wallpaper, dengan elemen blur dan adaptive icons. Bahkan sejak Android Oreo 2017, notifikasi dan quick settings sudah punya desain modern dengan grouping otomatis. iOS memang clean, tapi Android lebih customizable—kamu bisa ubah tema tanpa jailbreak.
Fitur iPhone 17 | Debut di Android | Contoh Perangkat |
---|---|---|
120Hz Refresh Rate | 2017 | Razer Phone |
AI Selfie Framing | 2017 (API dasar) | Samsung Galaxy S9 (2018) |
Baterai 5.000 mAh+ | 2017 (efisiensi) | Galaxy Note 9 (2018) |
12GB RAM | 2017 | OnePlus 5 |
Vapor Chamber Cooling | 2018 (dasar 2017) | Razer Phone 2 |
UI Overhaul Dinamis | 2014/2017 | Pixel series dengan Oreo |
Meski banyak fitur iPhone 17 terasa “déjà vu” bagi pengguna Android, Apple unggul di integrasi ekosistem—semua berjalan mulus tanpa glitch. Tapi, tren ini tunjukkan bagaimana Android sering jadi “lab inovasi” yang Apple poles jadi produk massal. Sejak 2017, dengan Android Oreo yang perkenalkan background limits dan notification channels, Google sudah dorong efisiensi yang iOS baru kejar.
Jika kamu lagi mikir upgrade, pertimbangkan: iPhone 17 bagus untuk loyalis Apple, tapi Android seperti Pixel 10 atau Galaxy S25 tawarkan fitur serupa dengan harga lebih kompetitif dan kustomisasi lebih. Siapa yang menang? Konsumen, tentu saja—karena persaingan ini bikin tech lebih baik untuk semua.