JAKARTA, sdkcards.com – Italia terhenti sejenak kemarin saat jutaan warga turun ke jalanan dalam pemogokan umum nasional yang mendukung rakyat Palestina di Gaza. Lebih dari 2 juta orang berpartisipasi dalam demonstrasi di lebih dari 100 kota, mulai dari Roma hingga Milan, yang tidak hanya menghentikan transportasi umum dan sekolah, tapi juga memblokir pelabuhan serta jalan raya utama. Aksi ini, yang dipicu oleh serangan Israel ke Gaza, menjadi salah satu protes terbesar di Eropa tahun ini, menunjukkan kemarahan publik terhadap konflik yang telah menewaskan puluhan ribu nyawa.
Gelombang Protes yang Meluas: Dari Serikat Buruh hingga Mahasiswa
Pemogokan satu hari ini dipanggil oleh serikat buruh terbesar Italia, termasuk CGIL, CISL, dan UIL, yang biasanya fokus pada isu upah dan kondisi kerja. Kali ini, alasan utamanya adalah solidaritas dengan Palestina, khususnya atas penahanan kapal bantuan flotilla Gaza oleh Israel dan eskalasi perang yang berlangsung sejak 2023. Di Roma, puluhan ribu demonstran memenuhi Piazza del Popolo, membawa spanduk bertuliskan “Stop Genosida di Gaza” dan “Italia untuk Palestina”, sambil bernyanyi lagu-lagu protes.
Menurut laporan, aksi ini dimulai sejak 19 September 2025 dan melibatkan lebih dari 75 kotamadya di Italia, bahkan menyebar ke San Marino dan Ticino, Swiss. Di Milan, pelabuhan Genoa dan Trieste lumpuh karena pekerja pelabuhan mogok, menyebabkan penundaan pengiriman barang senilai miliaran euro. Sekolah-sekolah tutup di seluruh negeri, sementara kereta api dan bus berhenti beroperasi, memaksa warga bergantung pada sepeda atau berjalan kaki. “Ini bukan sekadar mogok; ini panggilan moral untuk menghentikan pembantaian,” ujar seorang pemimpin serikat buruh di BBC.
Dampak Ekonomi dan Respons Pemerintah
Pemogokan ini diprediksi merugikan ekonomi Italia hingga 1 miliar euro, terutama di sektor transportasi dan pariwisata. Pemerintah Perdana Menteri Giorgia Meloni, yang dikenal pro-Israel, menghadapi tekanan besar. Meloni menyebut aksi ini “tidak proporsional” dan memperingatkan risiko kekerasan, meski demonstrasi berlangsung damai tanpa insiden signifikan. Oposisi, termasuk Partai Demokrat, mendukung protes dan menyerukan pemutusan hubungan militer dengan Israel.
Di level Eropa, aksi Italia ini menginspirasi gerakan serupa di Spanyol dan Prancis, di mana ribuan juga turun ke jalan. Aktivis Gaza di X (sebelumnya Twitter) memuji Italia sebagai “suara Eropa yang lantang”, dengan hashtag #ItalyForGaza trending global.
Di tengah hiruk-pikuk, cerita pribadi muncul. Seorang guru di Turin, Maria Rossi, ikut mogok sambil membawa anaknya: “Anak saya belajar di sekolah tentang hak asasi manusia. Gaza adalah pelajaran nyata.” Sementara itu, di Napoli, mahasiswa Palestina yang tinggal di Italia memimpin doa bersama, menekankan bahwa “setiap detik di Gaza adalah neraka, dan kami tak bisa diam.”
Para analis memprediksi aksi ini bisa berlanjut jika tidak ada respons internasional. Uni Eropa telah meminta gencatan senjata, tapi tekanan dari bawah seperti ini mungkin jadi katalisator perubahan. Saat Italia bangkit dari kelumpuhan hari ini, pertanyaan besar tetap: Apakah suara jutaan rakyat akan menggema di Brussel dan Washington?
