China Makin Galak, Perebutan Karang Dekat Pangkalan Angkatan Laut Filipina di Laut Cina Selatan

China Makin Galak, Perebutan Karang Dekat Pangkalan Angkatan Laut Filipina di Laut Cina Selatan

JAKARTA, sdkcards.com – Ketegangan di Laut Cina Selatan kembali meningkat drastis setelah serangkaian manuver agresif yang dilakukan oleh kapal-kapal milisi maritim dan penjaga pantai Tiongkok di sekitar area strategis dekat pangkalan Angkatan Laut Filipina di Palawan. Berdasarkan laporan resmi yang diterima dari Komando Militer Filipina, kapal-kapal Tiongkok telah berulangkali melakukan upaya blokade, intimidasi, bahkan manuver berbahaya terhadap kapal-kapal Filipina yang beroperasi di sekitar Karang Escoda, salah satu titik penting di jalur logistik menuju Pangkalan Angkatan Laut Ulugan Bay.

Karang Escoda, yang secara geografis berdekatan dengan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina, menjadi lokasi sengketa terbaru setelah beberapa insiden terjadi antara armada kecil Filipina dan kapal penjaga pantai Tiongkok. Insiden terbaru yang terjadi pada pertengahan April 2025 menunjukkan adanya pola baru dari Tiongkok dalam mengamankan klaim wilayah mereka di Laut Cina Selatan, dengan taktik yang lebih agresif namun terukur.

Menurut pernyataan dari Komodor Jay Tarriela, juru bicara untuk National Task Force on the West Philippine Sea, kapal-kapal penjaga pantai Tiongkok terlihat melakukan formasi berbentuk segitiga untuk menghalangi kapal pengangkut logistik Filipina yang hendak menyuplai kebutuhan ke Pangkalan Ulugan Bay. Beberapa kapal Filipina bahkan dilaporkan hampir bertabrakan akibat manuver mendadak yang dilakukan oleh armada Tiongkok, mempertinggi risiko eskalasi insiden menjadi konfrontasi terbuka.

Manila segera merespons dengan nota protes diplomatik, mengutuk keras tindakan yang disebut sebagai “pelanggaran berat terhadap hukum internasional, khususnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982”. Pemerintah Filipina menyatakan bahwa area di sekitar Karang Escoda sepenuhnya berada dalam ZEE mereka berdasarkan putusan Mahkamah Arbitrase Internasional tahun 2016, yang memenangkan Filipina dan membatalkan klaim sembilan garis putus-putus (nine-dash line) yang diajukan oleh Tiongkok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *