JAKARTA, sdkcards.com – Memasuki satu tahun penuh kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, masyarakat Indonesia mulai menimbang-nimbang capaian pemerintahan ini. Berbagai program unggulan yang dijanjikan selama kampanye mulai dievaluasi, meski tantangan ekonomi global dan domestik kerap menjadi penghalang. Di tengah hiruk-pikuk kritik dan pujian, Partai Demokrat, sebagai salah satu pendukung utama koalisi pemerintahan, menyuarakan pandangan yang bijaksana: wajar jika belum semua program terpenuhi dalam waktu singkat.
Latar Belakang Pemerintahan Prabowo-Gibran
Pemerintahan Prabowo-Gibran yang dilantik pada Oktober 2024 mewarisi berbagai isu kompleks dari era sebelumnya, mulai dari pemulihan pasca-pandemi hingga ketegangan geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Prabowo, dengan latar belakang militer dan pengalaman sebagai Menteri Pertahanan, langsung menggelar agenda prioritas seperti program makan siang gratis untuk anak sekolah, peningkatan infrastruktur, dan reformasi birokrasi. Sementara itu, Gibran, yang lebih muda dan berenergi, difokuskan pada isu pemuda dan digitalisasi pemerintahan.
Dalam pidato pelantikannya, Prabowo menekankan visi “Indonesia Emas 2045” dengan target pertumbuhan ekonomi 8% per tahun. Namun, realitas menunjukkan bahwa dalam tahun pertama, pertumbuhan hanya mencapai sekitar 5,2%, dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas dan inflasi global. Program-program andalan seperti swasembada pangan dan energi terbarukan juga baru mencapai tahap awal implementasi.
Capaian yang Patut Diapresiasi
Meski demikian, tidak sedikit kemajuan yang telah diraih. Program makan siang gratis, misalnya, telah menjangkau lebih dari 20 juta siswa di seluruh Indonesia, meski dengan penyesuaian anggaran untuk menghindari defisit fiskal. Di sektor infrastruktur, pembangunan jalan tol Trans-Jawa yang tertunda kini berlanjut, dan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung mulai beroperasi penuh. Selain itu, inisiatif digital Gibran melalui aplikasi “Prakerja Digital” telah melatih 5 juta pemuda dalam keterampilan teknologi, membantu mengurangi pengangguran muda menjadi 12% dari 15% sebelumnya.
Pemerintah juga berhasil menjaga stabilitas harga BBM dan subsidi pupuk, yang krusial bagi petani. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan indeks harga konsumen (IHK) hanya naik 3,1% year-on-year, lebih rendah dari proyeksi awal.
Tantangan yang Masih Menyisahkan
Namun, kritik tak terelakkan. Beberapa program seperti reformasi hukum anti-korupsi terhambat oleh resistensi di kalangan elite politik, sementara target swasembada pangan hanya mencapai 70% dari rencana karena cuaca ekstrem akibat perubahan iklim. Isu lingkungan, khususnya deforestasi di Kalimantan, juga menjadi sorotan aktivis, meski pemerintah mengklaim telah menanam 1 miliar pohon dalam program reboisasi nasional.
Di sisi ekonomi, ketergantungan pada ekspor nikel dan sawit masih tinggi, membuat perekonomian rentan terhadap perubahan regulasi Uni Eropa. Selain itu, disparitas regional antara Jawa dan luar Jawa semakin terasa, dengan provinsi seperti Papua masih kesulitan akses infrastruktur dasar.
Suara Demokrat: Wajar dan Sabar Menanti
Partai Demokrat, yang dipimpin oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), memberikan dukungan tegas namun realistis. Dalam konferensi pers di Jakarta kemarin, AHY menyatakan, “Satu tahun adalah masa yang terlalu singkat untuk menilai sepenuhnya sebuah pemerintahan. Kami menganggap wajar jika belum semua program terpenuhi, mengingat warisan tantangan yang kompleks. Yang terpenting adalah komitmen dan langkah konkret yang telah diambil.”
AHY menyoroti bahwa Demokrat, sebagai bagian dari Koalisi Indonesia Maju, akan terus mendorong percepatan program-program prioritas. “Kami siap berkontribusi melalui fraksi DPR untuk memastikan anggaran tepat sasaran. Sabar adalah kunci, tapi bukan berarti diam saja,” tambahnya. Pandangan ini kontras dengan oposisi seperti PDI-P, yang menilai pemerintahan ini lambat dalam menangani kemiskinan struktural.
Seorang analis politik dari Universitas Indonesia, Dr. Andi Widjajanto, setuju dengan Demokrat. “Pemerintahan Prabowo-Gibran menghadapi ‘honeymoon period’ yang pendek karena ekspektasi tinggi dari pemilu. Dukungan Demokrat menunjukkan kestabilan koalisi, yang krusial untuk kelangsungan program jangka panjang,” ujarnya.
Menuju Tahun Kedua: Harapan dan Rekomendasi
Memasuki tahun kedua, pemerintah dihadapkan pada agenda yang lebih ambisius, termasuk negosiasi perdagangan bebas dengan ASEAN+ dan transisi energi hijau. Untuk Demokrat, rekomendasi utama adalah memperkuat koordinasi antar-kementerian dan melibatkan masyarakat sipil lebih dalam dalam monitoring program.
Bagi masyarakat, satu tahun ini menjadi pengingat bahwa perubahan butuh waktu. Seperti kata pepatah, “Rome wasn’t built in a day.” Pemerintahan Prabowo-Gibran punya potensi besar, asal didukung oleh kesabaran kolektif dan pengawasan konstruktif dari semua pihak, termasuk Demokrat.
Apakah satu tahun ini cukup untuk membangun fondasi kuat? Hanya waktu yang akan menjawab. Yang jelas, dialog terbuka seperti suara Demokrat hari ini menjadi langkah positif menuju Indonesia yang lebih baik.
Artikel ini disusun berdasarkan data dan pernyataan resmi hingga Oktober 2025. Pendapat di sini tidak mencerminkan pandangan redaksi semata.
