JAKARTA, sdkcards.com – Cuaca ekstrem yang melanda kawasan Jawa Barat dalam beberapa pekan terakhir mendorong pihak Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) untuk memperpanjang penutupan jalur pendakian Gunung Gede dan Pangrango hingga 30 April 2025.
Kebijakan ini diumumkan melalui kanal resmi TNGGP pada Sabtu malam (12/4), dengan mempertimbangkan keselamatan pendaki serta stabilitas ekosistem di sepanjang jalur pendakian yang terdampak hujan lebat, angin kencang, dan potensi longsor.
Cuaca Ekstrem Masih Mengancam
Data dari BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Barat menunjukkan bahwa curah hujan di kawasan Puncak dan sekitarnya masih berada pada kategori tinggi, disertai peningkatan frekuensi badai petir lokal di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl.
“Kondisi tanah sangat labil, terutama di jalur Cibodas dan Gunung Putri. Hujan intens menyebabkan beberapa titik rawan longsor. Demi menghindari insiden, jalur pendakian belum dibuka,” jelas Ahmad Munawir, Kepala Balai Besar TNGGP.
Ekosistem Perlu Waktu Pemulihan
Selain faktor keselamatan, perpanjangan ini juga mendukung pemulihan alami flora dan fauna khas Gunung Gede-Pangrango. Kawasan ini menjadi rumah bagi beberapa spesies langka seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates moloch) yang sangat sensitif terhadap gangguan aktivitas manusia.
Menurut Prof. Tjut Sugandawaty Djohan, ahli konservasi Universitas Indonesia:
“Menunda akses publik selama musim ekstrem justru mempercepat proses regenerasi vegetasi di jalur yang rentan terdegradasi akibat lalu lintas pendaki.”
Penutupan ini memang berdampak pada sektor ekonomi lokal, khususnya para porter, operator tur, serta pemilik homestay di sekitar jalur pendakian. Namun, beberapa pelaku wisata mulai melakukan diversifikasi layanan, seperti menawarkan tur edukatif ke Curug Cibeureum atau kegiatan relawan konservasi hutan.