Worldcoin, Masalah di Spanyol Mendahului Penghentian di Indonesia

JAKARTA, koranmetro.com – Worldcoin, proyek identitas digital berbasis blockchain yang didirikan oleh Sam Altman, CEO OpenAI, telah menghadapi berbagai tantangan regulasi di seluruh dunia. Sebelum operasinya dibekukan di Indonesia pada Mei 2025, proyek ini lebih dulu menuai kontroversi di Spanyol, di mana otoritas perlindungan data setempat mengambil tindakan tegas karena kekhawatiran privasi.

Kontroversi di Spanyol: Larangan Sementara oleh AEPD

Pada Maret 2024, Agencia Española de Protección de Datos (AEPD), otoritas perlindungan data Spanyol, mengeluarkan perintah larangan sementara selama tiga bulan terhadap Worldcoin. Perintah ini memaksa Worldcoin untuk menghentikan pengumpulan dan pemrosesan data pribadi di Spanyol, termasuk data biometrik yang dikumpulkan melalui pemindaian iris mata. AEPD mengambil langkah ini dengan menggunakan wewenang darurat berdasarkan Peraturan Perlindungan Data Umum Uni Eropa (GDPR), menyusul sejumlah keluhan dari warga Spanyol.

Keluhan utama yang diterima AEPD mencakup:

  • Kurangnya transparansi: Worldcoin dinilai tidak memberikan informasi yang memadai tentang bagaimana data biometrik pengguna diproses.

  • Pengumpulan data anak di bawah umur: Terdapat laporan bahwa Worldcoin mengumpulkan data dari individu di bawah usia 18 tahun, yang melanggar aturan perlindungan data.

  • Ketidakmampuan menarik persetujuan: Pengguna mengeluh bahwa mereka tidak dapat dengan mudah menarik persetujuan atau menghapus data mereka dari sistem Worldcoin.

AEPD menyoroti sifat sensitif data biometrik, yang menurut mereka dapat menimbulkan risiko tinggi terhadap hak dan kebebasan individu. Otoritas ini juga memerintahkan Worldcoin untuk berhenti menggunakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya di Spanyol.

Worldcoin, yang dioperasikan oleh Tools for Humanity, mencoba menentang larangan ini dengan mengajukan injuksi ke pengadilan tinggi di Madrid. Namun, pada Maret 2024, pengadilan menolak permohonan tersebut, menyatakan bahwa “perlindungan kepentingan publik” harus diutamakan. Pengadilan juga menyatakan bahwa larangan AEPD dibenarkan karena risiko yang terkait dengan data biometrik, terutama untuk anak di bawah umur, serta keraguan atas dasar hukum persetujuan yang diklaim oleh Worldcoin.

Respons Worldcoin dan Langkah Perbaikan

Menanggapi larangan di Spanyol, Worldcoin mengklaim bahwa mereka beroperasi secara sah dan mematuhi GDPR. Jannick Preiwisch, pejabat perlindungan data Worldcoin, menuduh AEPD “mengabaikan prosedur yang ditetapkan” dan menyebarkan klaim yang menyesatkan tentang teknologi mereka. Worldcoin juga menyatakan bahwa mereka telah berusaha berkomunikasi dengan AEPD selama berbulan-bulan tanpa tanggapan.

Sebagai respons terhadap kritik global, Worldcoin memperkenalkan beberapa langkah untuk meningkatkan kepatuhan privasi, termasuk:

  • Personal Custody: Fitur yang memungkinkan pengguna menyimpan data mereka sendiri, dengan klaim bahwa data biometrik dienkripsi dan tidak disimpan oleh Worldcoin.

  • Penghapusan kode iris: Pengguna kini dapat meminta penghapusan kode iris mereka dari sistem.

  • Verifikasi usia: Worldcoin menerapkan kontrol yang lebih ketat untuk mencegah pendaftaran oleh anak di bawah umur.

Pada Juni 2024, Tools for Humanity secara sukarela memperpanjang penghentian operasi Worldcoin di Spanyol hingga akhir tahun 2024 atau hingga audit GDPR oleh otoritas perlindungan data Bavaria (BayLDA) selesai. Langkah ini diambil untuk menunjukkan komitmen mereka terhadap kepatuhan regulasi.

Penghentian di Indonesia: Pola Masalah yang Berulang

Kekhawatiran serupa tentang privasi dan kepatuhan regulasi muncul di Indonesia, yang mengakibatkan penghentian operasi Worldcoin pada Mei 2025. Otoritas Indonesia menyebut pelanggaran regulasi sebagai alasan utama, sejalan dengan tindakan di Spanyol, Kenya, dan Brasil, yang juga mempertanyakan praktik pengumpulan data biometrik Worldcoin. Di Indonesia, penghentian ini berdampak pada distribusi lokal Worldcoin (WLD), meskipun tidak ada dampak signifikan pada pasar kripto global.

Seperti di Spanyol, Worldcoin menghadapi tuduhan bahwa pengumpulan data biometrik melalui pemindaian iris tidak memenuhi standar perlindungan data. Kekhawatiran tentang potensi penyalahgunaan data sensitif dan kurangnya transparansi dalam proses pengumpulan data menjadi isu utama yang memicu tindakan regulasi di kedua negara.

Tantangan Global dan Masa Depan Worldcoin

Kontroversi di Spanyol dan Indonesia hanyalah bagian dari tantangan global yang dihadapi Worldcoin. Selain kedua negara tersebut, proyek ini juga menghadapi pengawasan ketat di negara-negara seperti:

  • Kenya, yang melarang operasi Worldcoin pada Agustus 2023 karena kekhawatiran privasi dan keamanan.

  • Hong Kong, yang pada Mei 2024 memerintahkan Worldcoin untuk menghentikan operasi karena penyimpanan data biometrik yang dianggap tidak dapat dibenarkan.

  • Portugal, yang juga memberlakukan larangan sementara pada 2024 karena masalah serupa terkait data anak di bawah umur dan penarikan persetujuan.

Meskipun menghadapi hambatan regulasi, Worldcoin tetap optimis tentang misinya untuk menciptakan jaringan identitas dan keuangan global berbasis bukti kemanusiaan. Dalam survei yang diklaim dilakukan di Spanyol pada 2024, lebih dari 80% dari 21.000 responden menyatakan bahwa teknologi seperti World ID penting untuk membedakan manusia dari bot secara online, dan hampir 90% mendukung kembalinya proyek tersebut ke Spanyol.

Namun, para pengkritik, termasuk advokat privasi seperti Edward Snowden, memperingatkan bahwa pengumpulan data biometrik berskala besar menimbulkan ancaman serius terhadap privasi, terutama karena data tersebut bersifat permanen dan sulit diubah jika disalahgunakan.

Masalah Worldcoin di Spanyol pada 2024 menjadi cerminan dari tantangan yang lebih luas yang dihadapi proyek ini dalam menavigasi lanskap regulasi global. Larangan sementara oleh AEPD atas dasar privasi dan perlindungan data anak di bawah umur menyoroti ketegangan antara inovasi teknologi dan kepatuhan terhadap undang-undang privasi. Penghentian operasi di Indonesia pada 2025 menunjukkan bahwa kekhawatiran ini tidak terbatas pada Eropa, tetapi merupakan isu global. Untuk maju, Worldcoin perlu terus menyesuaikan praktiknya agar sesuai dengan regulasi lokal sambil membangun kepercayaan publik terhadap keamanan dan transparansi pengelolaan data mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *