JAKARTA, sdkcards.com – Forest bathing, atau shinrin-yoku dalam istilah Jepang, adalah praktik sederhana namun sangat ampuh: berjalan atau hanya berada di tengah hutan secara sadar dan penuh perhatian. Teknik ini bukan sekadar rekreasi, melainkan intervensi kesehatan berbasis alam yang telah terbukti menurunkan stres, menguatkan sistem imun, dan memulihkan kesejahteraan mental. Dokter dan psikolog merekomendasikan forest bathing sebagai penawar alami untuk gangguan kecemasan, depresi ringan, hingga kelelahan kronis.
Melalui pendekatan yang didukung penelitian ilmiah, forest bathing mengajak kita untuk meresapi suasana hutan—dari aroma kayu pinus, suara gemericik air, hingga kelembaban tanah. Studi dari Universitas Chiba, misalnya, menunjukkan bahwa berada 20 menit di hutan dapat menurunkan hormon kortisol secara signifikan, sekaligus meningkatkan kadar sel NK (natural killer) dalam darah, yang bertugas melawan infeksi dan sel kanker. Program ini juga telah diterapkan di beberapa negara seperti Korea Selatan dan Kanada dengan hasil positif.
Di Indonesia, meski konsep forest bathing belum menjadi tren mainstream dalam kategori gaya hidup, potensi terapinya sangat relevan. Kawasan seperti Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango, Hutan Mangrove di Bekasi, atau hutan kota seperti Hutan Lindung Mangrove PIK di Jakarta Utara menawarkan ruang alami yang ideal untuk praktik ini. Beberapa komunitas kesehatan dan wisata edukasi mulai menyelenggarakan sesi meditasi hutan sambil berjalan kaki perlahan, kadang dalam kelompok kecil dan dipandu oleh pemandu sadar ekologi, yang memperkaya pengalaman dengan pengetahuan mengenai tanaman dan ekosistem lokal.
Forest bathing bukan sekadar tren lifestyle—ia mewakili pertemuan antara ilmu pengetahuan, pengalaman langsung, dan kedekatan dengan alam. Dalam dunia yang semakin penuh tekanan digital, menyatu dengan pepohonan bisa menjadi oase untuk mengisi ulang energi, memperkuat tubuh, dan menenangkan jiwa. Jika Anda membayangkan cara baru untuk merawat diri tanpa biaya besar atau teknologi canggih, praktik ini layak dicoba—tegas, alami, dan membumi.