Serangan Houthi di Laut Merah, Kapal Kargo Tenggelam, 3 Awak Tewas

JAKARTA, sdkcards.com -Laut Merah kembali menjadi saksi aksi serangan kelompok Houthi yang menargetkan kapal kargo, kali ini menyebabkan tenggelamnya kapal Eternity C dan menewaskan sedikitnya tiga awak kapal. Insiden ini menandai kembalinya eskalasi ketegangan di jalur perdagangan maritim penting yang menghubungkan Eropa dan Asia. Artikel ini mengulas kronologi serangan, dampaknya, dan implikasi keamanan di kawasan tersebut.

Kronologi Serangan

Pada Senin, 7 Juli 2025, kapal kargo berbendera Liberia, Eternity C, yang dioperasikan oleh perusahaan Yunani, diserang oleh kelompok Houthi di lepas pantai Yaman. Menurut sumber keamanan maritim, serangan dimulai pada Senin sore dengan penggunaan drone laut dan granat berpeluncur roket (RPG) yang ditembakkan dari perahu cepat. Serangan ini merusak perahu penyelamat kapal, sehingga menyulitkan evakuasi awak.

Pada Selasa pagi, kapal tersebut sudah miring dan terombang-ambing tanpa kendali. Serangan kedua dilakukan dengan drone dan perahu yang membawa bom, memaksa 25 awak kapal untuk meninggalkan kapal. Pada Rabu pagi, Eternity C akhirnya tenggelam di koordinat 14°42’N 042°26’E, seperti dilaporkan oleh United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO).

Dari 25 awak kapal, enam orang berhasil diselamatkan setelah lebih dari 24 jam terapung di laut, sementara tiga orang dikonfirmasi tewas. Salah satu awak yang selamat kehilangan kaki akibat luka parah. Nasib 15 awak lainnya masih belum diketahui, dengan laporan bahwa beberapa di antaranya ditawan oleh Houthi.

Latar Belakang Serangan

Kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran, mengklaim serangan ini sebagai bagian dari kampanye mereka untuk mendukung Palestina dalam konflik Gaza. Mereka menargetkan kapal-kapal yang dianggap memiliki kaitan dengan Israel, termasuk Eternity C, yang diklaim sedang menuju pelabuhan Eilat di Israel. Houthi menyebutkan bahwa serangan dilakukan dengan enam rudal balistik dan jelajah serta perahu tak berawak, sebagai respons terhadap pelanggaran larangan masuk ke pelabuhan Israel.

Serangan ini merupakan yang kedua dalam seminggu, setelah kapal kargo lain, Magic Seas, juga tenggelam akibat serangan Houthi pada Minggu, 6 Juli 2025. Berbeda dengan Eternity C, seluruh awak Magic Seas berhasil diselamatkan tanpa korban jiwa.

Sejak November 2023, Houthi telah menyerang lebih dari 100 kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden dengan rudal, drone, dan serangan perahu cepat. Kampanye ini dimulai sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina selama perang Israel-Hamas, namun telah menyebabkan gangguan signifikan terhadap perdagangan global, dengan lalu lintas kapal di Laut Merah turun hingga 50%.

Dampak dan Reaksi Internasional

Serangan terhadap Eternity C merupakan salah satu serangan paling mematikan yang dilakukan Houthi sejak kampanye mereka dimulai. Total korban jiwa akibat serangan maritim Houthi kini mencapai delapan orang sejak November 2023.

Uni Eropa melalui misi angkatan lautnya, Operation Aspides, melaporkan bahwa enam awak telah diselamatkan, namun operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung untuk menemukan 15 awak yang hilang. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yaman mengutuk serangan ini, menyebut Houthi sebagai “teroris” yang telah membunuh awak kapal, menenggelamkan kapal, dan menyandera beberapa awak yang selamat. AS menyerukan pembe цей

Serangan Houthi di Laut Merah: Kapal Kargo Tenggelam, 3 Awak Tewas

Pendahuluan
Laut Merah kembali menjadi saksi aksi serangan kelompok Houthi yang menargetkan kapal kargo, kali ini menyebabkan tenggelamnya kapal Eternity C dan menewaskan sedikitnya tiga awak kapal. Insiden ini menandai kembalinya eskalasi ketegangan di jalur perdagangan maritim penting yang menghubungkan Eropa dan Asia. Artikel ini mengulas kronologi serangan, dampaknya, dan implikasi keamanan di kawasan tersebut.

Kronologi Serangan

Pada Senin, 7 Juli 2025, kapal kargo berbendera Liberia, Eternity C, yang dioperasikan oleh perusahaan Yunani, diserang oleh kelompok Houthi di lepas pantai Yaman. Menurut sumber keamanan maritim, serangan dimulai pada Senin sore dengan penggunaan drone laut dan granat berpeluncur roket (RPG) yang ditembakkan dari perahu cepat. Serangan ini merusak perahu penyelamat kapal, sehingga menyulitkan evakuasi awak.

Pada Selasa pagi, kapal tersebut sudah miring dan terombang-ambing tanpa kendali. Serangan kedua dilakukan dengan drone dan perahu yang membawa bom, memaksa 25 awak kapal untuk meninggalkan kapal. Pada Rabu pagi, Eternity C akhirnya tenggelam di koordinat 14°42’N 042°26’E, seperti dilaporkan oleh United Kingdom Maritime Trade Operations (UKMTO).

Dari 25 awak kapal, enam orang berhasil diselamatkan setelah lebih dari 24 jam terapung di laut, sementara tiga orang dikonfirmasi tewas. Salah satu awak yang selamat kehilangan kaki akibat luka parah. Nasib 15 awak lainnya masih belum diketahui, dengan laporan bahwa beberapa di antaranya ditawan oleh Houthi.

Latar Belakang Serangan

Kelompok Houthi, yang didukung oleh Iran, mengklaim serangan ini sebagai bagian dari kampanye mereka untuk mendukung Palestina dalam konflik Gaza. Mereka menargetkan kapal-kapal yang dianggap memiliki kaitan dengan Israel, termasuk Eternity C, yang diklaim sedang menuju pelabuhan Eilat di Israel. Houthi menyebutkan bahwa serangan dilakukan dengan enam rudal balistik dan jelajah serta perahu tak berawak, sebagai respons terhadap pelanggaran larangan masuk ke pelabuhan Israel.

Serangan ini merupakan yang kedua dalam seminggu, setelah kapal kargo lain, Magic Seas, juga tenggelam akibat serangan Houthi pada Minggu, 6 Juli 2025. Berbeda dengan Eternity C, seluruh awak Magic Seas berhasil diselamatkan tanpa korban jiwa.

Sejak November 2023, Houthi telah menyerang lebih dari 100 kapal dagang di Laut Merah dan Teluk Aden dengan rudal, drone, dan serangan perahu cepat. Kampanye ini dimulai sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina selama perang Israel-Hamas, namun telah menyebabkan gangguan signifikan terhadap perdagangan global, dengan lalu lintas kapal di Laut Merah turun hingga 50%.

Dampak dan Reaksi Internasional

Serangan terhadap Eternity C merupakan salah satu serangan paling mematikan yang dilakukan Houthi sejak kampanye mereka dimulai. Total korban jiwa akibat serangan maritim Houthi kini mencapai delapan orang sejak November 2023.

Uni Eropa melalui misi angkatan lautnya, Operation Aspides, melaporkan bahwa enam awak telah diselamatkan, namun operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung untuk menemukan 15 awak yang hilang. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Yaman mengutuk serangan ini, menyebut Houthi sebagai “teroris” yang telah membunuh awak kapal, menenggelamkan kapal, dan menyandera beberapa awak yang selamat. AS menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat para awak yang ditawan.

PBB juga menyatakan keprihatinan atas eskalasi ini. Utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, memperingatkan bahwa serangan ini tidak hanya menyebabkan korban jiwa, tetapi juga berpotensi menimbulkan bencana lingkungan akibat tumpahan minyak dari kapal yang rusak.

Implikasi Keamanan dan Perdagangan Global

Laut Merah adalah jalur perdagangan vital yang mengangkut lebih dari $1 triliun kargo setiap tahunnya. Serangan Houthi telah mengurangi lalu lintas kapal di kawasan ini secara signifikan, memaksa banyak perusahaan pelayaran untuk mengalihkan rute melalui Tanjung Harapan, yang lebih panjang dan mahal.

Kembalinya serangan Houthi setelah jeda sejak April 2025, yang dimediasi oleh gencatan senjata dengan AS, menimbulkan kekhawatiran akan ancaman baru terhadap keamanan maritim. Serangan ini juga meningkatkan harga minyak global, yang mencapai level tertinggi sejak Juni 2023, karena ketidakpastian di jalur perdagangan ini.

Beberapa analis khawatir bahwa serangan ini menandakan dimulainya kembali kampanye Houthi yang lebih agresif, terutama setelah serangan udara Israel terhadap pelabuhan Hodeidah, Ras Issa, dan Al-Salif pada Minggu, sebagai respons terhadap serangan terhadap Magic Seas.

Serangan Houthi terhadap Eternity C menegaskan kembali ancaman terhadap keamanan di Laut Merah, sebuah jalur perdagangan yang krusial bagi ekonomi global. Dengan tiga awak tewas, 15 lainnya hilang, dan potensi dampak lingkungan yang serius, insiden ini memperkuat urgensi solusi diplomatik untuk meredakan ketegangan di kawasan. Komunitas internasional, termasuk AS, Uni Eropa, dan PBB, terus menyerukan penghentian serangan dan pembebasan awak kapal yang ditawan. Namun, tanpa kemajuan dalam konflik yang lebih luas di Timur Tengah, ancaman terhadap pelayaran di Laut Merah kemungkinan akan terus berlanjut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *